Sabtu, 30 April 2011

Remaja Cari Aman......



     Remaja hidup (pada) masa genting, yang kita maksud denga itu adalah masa transisi yang bersifat sementara, dikarenakan oleh perobahan-perobahan yang cepat dan  beragam, perobahan tersebut bersifat tidak tetap, kegentingan pada masa ini mempengaruhi remaja dari segi stabilitas kejiwaan, ketenangan dan ketentraman.
     Meskipun kebutuhan akan rasa aman dan ketentraman adalah kebutuhan penting manusia dalam segala hal, Al-qur'an telah mengemukakan pada banyak tempat, dan Rasulullah juga telah mengemukakan di dalam haditsnya, namun demikian remaja pada masa genting, goncang dan rapuh ini, membutuhkan rasa aman dan ketenangan sebanding dengan apa yang dialaminya dari pergantian dan peralihan akal, kejiwaan, emosional dan sosial. Dia butuh kepada orang yang membangkitkan rasa aman dan ketenangan, ketika dia dalam keadaan takut serta menghilangkan dari jiwanya ketakutan dan kehawatiran.
     Remaja kemunkinan bertanya-tanya tentang hal-hal yang terjadi pada tubuhnya, dari perobahan-perobahan anggota tubuh, bertanya-tanya tentang perobahan-perobahan yang terjadi pada perasaan, persepsi dan emosionalnya dan terhadap apa yang terjadi pada perobahan bentuk dan peran sosialnya, begitupula bertanya-tanya tentang apa yang terjadi padanya dari perobahan pada segi-segi yang membedakan antar dua jenis (pria dan wanita) bertanya-tanaya tentang semua itu. Dan terkadang dia ditimpa perasaan takut dan khawatir pada banyak kesempatan; dimana dia melalui peralihan yang baru dan esensial pada satu waktu, dia mendapati dirinya bingung (menghadapi) persoalan-persoalannya; bagaimana dia bersikap terhadap diri dan terhadap orang yang ada disekitarnya? Apakah yang dia perbuat betul atau salah? Diterima atau ditolak? Dan karena ketiadaan keahlian dan pengalaman dia tidak bisa memilih solusi yang tepat serta arah yang benar pada banyak keadaan, disini kita mengkhususkan penyebutan posisinya menghadapi peralihan-peralihan yang terjadi pada dirinya: pada tubuhnya, akalnya, emosionalnya, perasaan sosialnya.
     Dan haruslah melibatkan lingkungan pendidikan untuk membangkitkan ketenangan, dalam membentuk kejiwaan remaja, dalam memenuhi kebuthannya akan rasa aman dan upaya atas kepedulian remaja terhadap dirinya, dengan cara yang rileks tanpa tekanan, dengan metode yang praktis, jelas dan memuaskan, sesuai dengan ukuran sebenarnya tanpa berlebih maupun berkurang. Hendaknya para pendidik, bapak, ibu dan guru bertindak memberikan ketenangan jiwa dan bantuan sosial, pengarahan dan petunjuk yang didukung dengan skill dan pengalaman, ketika berinteraksi dengan remaja, (serta dengan) kehawatirannya yang bermacam-macam, yang terkadang dia sembunyikan dari mereka, atau ditampakkan kepada mereka karena dia merasa, mereka tidak akan merespon, atau keyakinannya bahwa "mereka tidak sanggup untuk membantunya". Metode islamy memfokuskan pada kebutuhan kebutuhan rasa aman dan tegas dalam membuang kehawatiran-kehawatiran. Disini kita kemukakan beberapa kehawatiran yang menimpa remaja serta metode-metode menyikapinya, diantara kehawatiran-kehatiran yang paling penting adalah:

  1. Kehawatiran memikul tanggung jawab dan kesuksesan dalam memikul tanggung jawab tersebut.
  2. Kehawatiran dari perobahan bentuk dan jasmani.
  3. Kehatiran dan keraguan dari tujuan menyeluruh dan jangka pangjang dari kehidupan.
  4. Kehawatiran dalam percakapan dan perkumpulan.
  5. Kehawatiran dari kondisi emosional.

Adapun jenis pertama yaitu, kehatiran memikul tanggung-jawab. kita akan membahasnya pada judul yang lain[1], adapun jenis yang kedua, yaitu "kehawatiran dari perobahan dan peralihan tubuh dan fisikologis, perobahan bentuk dan bobot serta ukuran". Hal itu membangkitkan sensitifitas, keingin-tahuan dan kehawatirannya, dia melihat perobahan yang banyak dan berturut-turut pada ukuran tulang, pertumbuhan bulu, organ sexual, keluarnya haid di kalangan remaja wanita, perobahan suara dan perobahan kemampuan akal.
Ketika berinteraksi dengan remaja, berhadapan dengan perasaan-perasaan (seperti) ini haruslah menjauh (dari) mengejek, memandang aneh, dan tidak menganggap rendah keadaannya, beserta hal-hal yang melekat pada penampilannya, ukuran dan bentuknya, berhati-hati menggambarkannya sebagai anak kecil, kekanak-kanakan dan belum dewasa; karena menggambarkannya seperti itu membuatnya merasa sebagai penghinaan dan peremehan orang lain padanya.
Islam sungguh telah mencela metode-metode (seperti) ini dalam menghadapi orang-orang dan berinteraksi dengan mereka, baik kecil maupun besar, dan mencelanya dengan celaan yang keras, dan menggambarkan pelakunya dengan (sifat) zalim, dan dalam hal itu sama saja antara laki-laki dan wanita, Allah taala berfirman:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah satu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pulah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih bain dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan panggilan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk setelah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang yang zalim.[2]

     Dan kepada para bapak, ibu dan pada siapa saja yang bertugas memberikan pengarahan/bimbingan kepada para remaja, supaya berinteraksi dengan mereka dalam persoalan-persoalan ini dengan rileks, tidak ada tekanan dan pandangan aneh; seakan-akan perobahan yang terjadi pada mereka adalah perkara normal, nyata dan dapat diterima dan agar supaya berinteraksi dengan mereka dengan realistis dan terbuka, untuk menghilangkan kesamaran dan kebingungan yang menimpa remaja karena perobahan-perobahan ini dan agar supaya menghubungkan mereka dengan ketentuan-ketentuan kehidupan dan alam; karena sesungguhnya perobahan-perobahan ini terjadi pada semua orang tanpa kecuali, yang demikian itu yang dikehendaki oleh ketentuan kehidupan, sebagaimana yang dikehendaki Allah, yang maha pencipta dan pengurus (sekalian alam), Allah Taala berfirman:

Dialah yang menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes air mani, sesudah itu dari segumpal darah, sesudah itu dari segumpal darah, kemudian dilahirkan kamu sebagai seorang anak, kemudia (kamu dibiarkan hidup) supaya kamu sampai masa (dewasa) kemudian (dibiarkan kamu hidup lagi) sampai tua, diantara kamu ada yang diwapatkan sebelum itu. (kami perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu memahami(nya).[3]

Dari segi yang lain, hendaklah kedua orang tua memberikan dorongan kepada remaja serta meningkatkan tingkat pergaulan bersamanya, atas dasar perobahan yang khusus dan kuantitatif ini, dalam berfikir, kemampuan, kesanggupan, dimana remaja merasa bahwasanya perobahan-perobahan itu mulai menggeser tempat dan posisinya secara nyata, serta mengupayakan tugas-tugas yang tepat, aspek ini menjadikan pendidik tidak hanya peduli terhadap penekanan aktifitas dan kegiatan bagi remaja pria maupun wanita[4], namun juga peduli untuk meningkatkan dialog, interaksi (dengan) lisan serta pengarahan[5].
 Rasulullah S.A.W.berdialog (dengan) pemuda  pada phase ini dan bergaul dengan mereka, yang membuatnya merasa berharga, bertanggung-jawab, dan membangkitkan pada (diri) mereka optimisme dan ketenangan. Memberi mereka kekuatan dan penghargaan, sebagai ganti dari kebingungan dan ketakutan, perasaan hina dan rendah diri.
Kita kemukakan disini metode rasulullah S.A.W.dalam bergaul dan menghargai anak-anak; dari Anas bin Malik semoga Allah meridhoinya, bahwasanya Rasulullah S.A.W.melewati (sekelompok) pemuda lalu beliau memberi salam kepada mereka[6]. Dari Anas semoga Allah meridhoinya : bahwasanya beliau melewati (sekelompok) anak-anak lalu beliau memberi salam kepada mereka; dan selanjutnya dia berkata: (Rasulullah SAW.melakukan hal itu)[7].
Dari Sahal bin Saad semoga Allah meridhoinya, bahwasanya Rasulullah S.A.W.diberikan minuman, lalu beliau meminumnya, sedangkan disebelah kanannya adalah seorang pemuda dan di sebelah kirinya adalah orang-orang tua, maka beliau bersabda kepada pemuda itu: apakah kamu mengizinkan saya memberikan kepada mereka? Maka pemuda itu menjawab: tidak, demi Allah saya tidak (mau) mendahulukan bagian saya dari engkau kepada seorangpun! Maka Rasulullah meletakkannya di tangannya[8].
Rasulullah S.A.W.tidak menghina anak-anak, tidak berpaling dari mereka karena mengutamankan orang yang sudah balig, apabila beliau melewati mereka, beliau memberi salam kepada mereka, sungguh telah dibiarkan duduk salah seorang anak di sebelah kanannya, sementara ada orang-orang dewasa, apabila mereka (anak-anak) berada di majlis orang-orang dewasa beliau meminta izin kepada mereka (menggunakan) hak-hak mereka, memenuhi hak-hak mereka dan membuat mereka merasa berharga.
Adapun ketakutan seputar tujuan pokok kehidupan, hal itu terkadang menimpa remaja; dilihat dari apa yang dinikmati remaja dari kemampuan akal untuk memahami hal-hal umum serta hal-hal yang terbatas, dan keluar dari kungkungan pemikiran kebendaan yang sempit pada phase sebelumnya,  kepada pemikiran logis yang bebas. Sesungguhnya pemikiran dan keingin-tahuan remaja seputar alam, manusia dan kehidupan, adalah perkara wajar pada masa transisi antara kanak-kanak dan dewasa ini.
Memunkinkan bagi pendidik untuk menenangkan remaja, serta mengembangkan kesiapan-kesiapan kejiwaan dan akal, untuk membekali mereka terhadap problema-problema dan tujuan-tujuan umum dan jangka panjang terhadap alam, kehidupan dan mansia dan agar supaya tidak membiarkan mereka mengambil pemikirian-pemikiran ataupun pendapat-pendapat seronok dari luar, yang dia jumpai dari arah dan sumber manapun. Begitupula tidak membiarkan menerima dan memperoleh jawaban dari teman dan sahabat-sahabatnya; karena mereka juga hidup dalam keadaaan yang sama-sama asing, sedangkan orang yang tidak mempunyai sesuatu tidak bisa memberi, selama bukan teman yang saleh yang telah memperoleh jawaban (benar) sebelumnya.
Model pergaulan Islam adalah model yang paling agung dalam menyikapi permasalahan kerisis dan berbahaya ini; maka (Islam) menyebarkan ketenangan dikalangan remaja, menghilangkan kekaburan dan menyingkap kehawatiran-kehawatiran; dengan mengalihkan remaja kepada jawaban-jawaban tertentu dan jelas, serta membekalinya dengan pemikiran-pemikiran yang mendasar dan menyeluruh tentang kehidupan dan alam, yang tergambar dalam rukun iman, serta apa yang bersumber darinya dari pemahaman aqidah yang efektif dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia, sungguh telah dipelajari oleh para sahabat yang masih belia sebagaimana sahabat-sahabat yang sudah dewasa (mempelajarinya)[9].
Adapun ketakutan/kehawatiran dari tempat-tempat dialog dan perkumpulan, adalah perkara yang menyebar pada phase ini, disebabkan karena kerapuhan perasaan remaja serta kematangan yang baru (terbentuk) dan sedikitnya skill dan pengalaman, khususnya di tengah-tengah keluarga yang meremehkan seseorang pada masa kanak-kanak, dan mengasingkannya dari perkumpulan orang-orang dewasa, perkumpulan-perkumpulan, serta tempat-tempat yang disaksikan/dihadiri (orang banyak), dimana tidak ada nilai dan penghargaan terhadap anak-anak, bahkan (anggapan mereka) dia itu adalah sumber gangguan, senda-gurau dan kekacauan.
Sebahagian besar remaja merasa bingung dan grogi pada perkumpulan dan acara-acara, pada tempat dialog, diskusi dan pertemuan, terkadang sesuatu jatuh dari tangannya atau tampak tanda-tanda malu di wajahnya atau gagap dalam berbicara, bercakap, atau tanda-ketakutan dari tempat (tersebut) seperti muka merah, keringat bercucuran, atau menolak menghadapi situasi (tersebut) serta menarik diri atau menghindar untuk menghadiri pesta dan perkumpulan, serta menghindari untuk membantu dan ikut serta didalamnya.
Metode yang paling penting adalah supaya pendidik, bapak, ibu dan guru melatih remaja untuk bercakap, berdiskusi, bertukar fikiran bersama mereka, membiasakan mereka untuk mengemukakakan pandangan-pandangan mereka, memperesentasikan jika bisa. agar supaya mereka (pendidik) bertindak menampilkan pemuda pada situasi-situasi yang beragam, acara pertemuan, memberi dorongan untuk berinisiatif dan ikut serta (dalam pertemuan) selama tidak bertolak belakang dengan etika-etika Islam, dari (segi) penghormatan, perizinan, rendah diri (tawadu') dll.
Tidak masalah bagi pendidik untuk mengadakan acara-acara dan situasi-situasi untuk pembiasaan dan latihan, ketika tidak ada acara dan situasi yang tepat.
Disini kita sebutkan beberapa model keberaniam remaja dan keikut-sertaan mereka (dalam pertemuan), diantaranya: apa yang diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas yang dia tidak dalam keadaan bermimpi, semoga Allah meridhoi keduanya, sesungguhnya dia berkata: adalah Umar semoga Allah meridhoinya (mengizinkan) saya masuk bersama pemuka-pemuka (perang) badar; dalam satu musyawarah, maka seolah-olah sebahagian dari mereka (merasa) marah dalam hatinya, maka dia berkata: kenapa (anak) ini dimasukkan bersama kami sedangkan kami (juga) mempunyai anak sepertinya? Maka Umar berkata: sesungguhnya dia sebagaimana yang telah kalian ketahui! Maka pada suatu ketika dia memanggilku, lalu dia memasukkan saya bersama mereka, maka saya melihat dia tidak memanggilku kecuali untuk memperlihatkan kepada mereka. Dia berkata: apa yang kalian katakan pada firman Allah Taala: (apabila telah datang pertolongan Allah)? Maka sebagian dari mereka berkata: kami diperintahkan untuk memuji Allah dan memohon ampun kepadanya apabila kami mendapatkan kemenangan dan (Allah) membukakan bagi kami (suatu negeri), sebagian dari mereka diam dan tidak mengucapkan sesuatu. Maka dia berkata kepadaku: apakah seperti itu yang akan kau katakan wahai Ibnu Abbas? Lalu saya berkata: tidak. Dia berkata: apa yang kamu akan katakan? Saya berkata: yaitu ajal Rasulullah S.A.W. yang diberitahukan kepadanya; dia berkata: Lalu dia (Umar) berkata: (apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan)  yang demikian itu adalah tanda ajalmu (maka bertasbilah denan memuji tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-NYA, sesungguhnya Allah adalah Maha penerima taubat). Lalu Umar Semoga Allah meridhoinya berkata: saya tidak mengetahui dari hal itu (sedikitpun) kecuali apa yang telah kamu katakan.
Dan dari majelis Umar bin Abdul Aziz pada awal pemerintahannya, apa yang diriwayatkan dari utusan orang-orang Hijaz; masuk menemui beliau utusan orang-orang yang memberi selamat dari seluruh penjuru Hijaz, Lalu majulah utusan orang-orang Hijaz seorang anak kecil, Umar berkata padanya: kembalilah kamu supaya maju orang yang lebih tua dari kamu!! Maka anak kecil itu berkata: semoga Allah menolong Amirul Mu'minin, seseorang (dinilai) dari hati dan lisannya, apabila Allah memmberi seorang hamba lisan yang fasih dan hati yang kuat (memori) maka dia berhak untuk berbicara, jika seandainya satu perkara berdasarkan umur, maka sungguh dalam ummat ini ada yang lebih berhak dari anda dalam majelis anda ini!! Maka Umar menjadi kagum terhadap perkataanya, kemuadia dia bersyair:

Belajarlah karena seseorang tidak dilahirkan dalam keadaan berilmu.
Tidaklah sama orang yang berilmu dengan orang yang bodoh.
Sesungguhnya pemuka suatu kaum yang tidak berilmu (hakikatnya)  seperti anak kecil.
Apabila berkumpul padanya orang-orang yang berilmu.

Dari majlis Hisyam bin Abdul Malik, sebagaimana yang diriwayatkan, bahwasanya "kabilah-kabilah menghadap Hisyam ketika terjadi paceklik pada zamannya, mereka masuk menemuinya sementara diantara mereka (Darwas bin Habib) yang umurnya empat belas tahun, orang-orang mencegahnya, mereka takut kepada Hisyam dan tertujulah mata Hisyam pada (Darwas) maka dia memandang remeh; dia berkata kepada pengawalnya: apakah seseorang yang berkeinginan untuk masuk kepada saya semuanya (boleh) masuk, sampai anak kecil?! Maka darwas mengetahui bahwa yang dimaksud adalah dia, lalu dia berkata: wahai Amirul Mu'minin sesungguhnya masuknya saya kepada engkau tidak menghilangkan sesuatu darimu dan sungguh membuat saya menjadi mulia, sesungguhnya mereka datang untuk suatu urusan yang membuat mereka meninggalkan (urusan) yang lain, sesungguhnya perkataan itu adalah (untuk) publikasi dan diam itu adalah tertutup, perkataan itu tidak diketahui kecuali dipublikasikan/disebarkan. Maka Hisyam mengagumi perkataannya dan berkata: sebarkanlah (perkataan) tidak ada halangan bagimu!! Dia berkata: wahai Amirul Mu'minin kami ditimpa (bencana) selama tiga tahun: satu tahunnya melelehkan lemak dan satu tahunnya (lagi) memakan/menghilangkan daging dan satu tahunnya (lagi) mengeluarkan tulang sumsum, sementara di tanganmu ada kelebihan harta, jika seandainuya (harta itu) milik Allah maka bagikanlah kepada hamba Allah yang berhak dan jika itu adalah milik hamba Allah, maka kenapa engkau menahannya dari mereka? Dan jika itu adalah milik engkau, maka sedekahkanlah kepada mereka; sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah dan tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik, ketahuilah wahai Amirul Mu'minin! sesungguhnya perumpamaan penguasa terhadap rakyatnya, adalah ibarat ruh dengan jasad, tidak ada kehidupan bagi jasad kecuali dengan ruh. Maka Hisyam berkata: pemuda itu tidak meninggalkan dari tiga hal itu alasan ( untuk menghindar), dan (selanjutnya) memerintahkan untuk membagikan pada orang badui itu seratus ribu dirham dan memerintahkan bagi Darwas seratus ribu dirham.
Lalu dia berkata: wahai Amirul Mu'minin, saya serahkan untuk diberikan kepada anggota keluargaku, karena saya tidak suka apa yang diperintahkan Amirul Mu'minin untuk dibagikan kepada mereka, tidak mencukupi kebutuhan mereka. Maka dia berkata: apa kebutuhan yang akan kau sebutkan untuk dirimu? Dia berkata: saya tidak punya kebutuhan kecuali (kebutuhan) kaum muslimin secara umum.[10]
Lihatlah contoh-contoh yang menonjolkan pentingnya pendidikan/latihan remaja untuk mengambil inisiatif, ikut serta dalam acara-acara, membiasakan mereka untuk bercakap dan berbicara, bertanya-jawab, berimprovisasi, dan berdialog pada kesempatan-kesempatan yang tepat.
Bukanlah sesuatu yang bermamfaat dalam pendidikan untuk selalu menyuruh diam kepada pemuda dan anak-anak, menyembunyikan fikiran-fikiran dan menganggap bodoh angan-anggan mereka, begitupula bukan suatu hal yang bermamfaat mengajarkan dan membiasakan perasaan malu bukan pada tempatnya, maka (hal itu) tidak berhenti menjadi penghalang antara pemuda dan keikut-sertaan mereka dalam situasi-situasi dan keadaan-keadaaan yang tepat. telah diriwayatkan oleh Bukhari dan selainnya, dari Abdullah bin Umar semoga Allah meridhoi keduanya yang dia tidak dalam keadaan bermimpi, bahwasanya Rasulullah S.A.W. bersabda: sesungguhnya diantara pohon ada yang tidak jatuh daunnya, sesungguhnya pohon itu seperti perumpamaan seorang muslim, maka ceritakanlah kepadaku pohon apakah itu? Maka orang-orang tertuju kepada pohon padang pasir, Abdullah berkata: terbetik dalam diriku pohon itu adalah korma, namun saya merasa malu. Kemudian, mereka berkata katakanlah wahai Rasulullah! Beliau bersabda: pohon itu adalah korma, dalam suatu riwayat: saya ingin mengatakan: pohon itu adalah korma, namun saya adalah orang yang palaing kecil. Dan dalam riwayat yang lain: saya melihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka saya enggan untuk berbicara, maka ketika kami berdiri, saya katakan kepada bapakku tentang apa yang terbetik dalam diriku, Lalu dia berkata: jika kamu mengatakannya, itu lebih saya sukai dari saya memiliki seekor unta.
Satu hal yang sewajarnya untuk diperhatikan, menghindari pertentangan dengan pemuda pada phase remaja, bahkan harus membimbing mereka dengan ungkapan-ungkap memuaskan, percakapan dan diskusi yang hangat. Dialog yang membangun adalah metode yang paling ideal dalam membangun hubungan antara remaja dan orang dewasa.
Terkadang banyak bapak yang melakukan ancaman dan cemohan terhadap anak-anak mereka, serta mengejek mereka, mengkritik dan menjuluki mereka dengan gelaran-gelaran; yang disebabkan (diambil dari) kegagalan mereka pada tempat-tempat pertemuan, ketidak ikut sertaan mereka dalam acara atau karena ketakutan dan kehawatiran dan pengunduran mereka (dari acara-acara). Metode ini tidak menyelesaikan masalah, bahkan menambah keruwetan dan kegentingan; karena itu adalah arah penyelesaian yang negatif, tidak memberi alternatif, tidak pula kesempatan dan tidak pula petunjuk untuk merobah sutuasi dan keadaan.
Adapun ketakutan terhadap keadaan-keadaan (yang berhubungan dengan emosi dan perasaan pada phase remaja, hal itu timbul dari perobahan anggota tubuh dan akal yang dibarengi oleh perobahan perasaan remaja, baik pria maupun wanita, seputar kelaki-lakian dan kewanitaan(nya), seputar perspektif sosial, peran keluarga dan kerabat terhadap keduanya sebagai seorang laki-laki atau wanita.
Perobahan-perobahan pada organ dan hormon sexual, lamunan seputar lawan jenis, pikiran terhadap masalah pernikahan, adanya lingkungan yang penuh dengan dorongan terhadap kecenderungan sexual.[11] dengan (adanya) pendorong-pendorong kecenderugnan yang berhubungan dengan perasaan[12], banyak membawa kepada penyimpangan sexual atau kepada kehilangan keseimbangan saraf dan perasaan. Hal yang paling minimal yang dialami remaja dari yang demikian itu adalah kesibukan diri, baik perasaan maupun emosinya,  penyia-nyiaan potensi, pemborosan waktu tanpa ada faidah, hal itu seolah-olah penyalah-gunaan kemampuan tanpa ada hasil. Remaja pada phase ini lemah senjata(nya) dan kemampuan pertahanannya rapuh. Dia itu tidak memiliki skill dan pengalaman, dia itu belum terbiasa menggunakan pertimbangan akal dan pencermatan pada situasi, kondisi dan kejadian yang dihadapinya atas dasar pandangan obyektip dan bijaksana. Para ahli jiwa menetapkan bahwasanya jenjang ini dibandingkan dengan jenjang yang lain, sangat terpengaruh oleh godaan, propaganda dan dorongan perasaan mendominasinya.
Pendidik terkadang harus sebisanya menahan remaja untuk memperoleh kemauannya atau sebahagian dari kemauannya; maka dia mencegahnya untuk memenuhi sebahagian perasaan dan nalurinya, akan tetapi dia tidak bisa untuk terus-menerus seperti itu, sebagaimana dia tidak mampu untuk menghentikan perobahan jasmani dan jiwa yang dialami remaja, dan tidak mampu untuk mengharuskan secara sempurna pengasiangan, dan menjauhkannya dari suasana yang penuh dengan pengaruh. Semua solusi tersebut tidak dikategorikan sebagai solusi yang betul-betul menyelesaikan masalah.
Pendidik harus melatih remaja untuk berterus terang dan terbuka dan harus memperingatkan untuk berpartisipasi dan saling tolong-menolong atas dasar bertukar pengalaman dan penggunaan pertimbangan akal dan (juga) harus mendidik untuk bersabar dan bersungguh-sungguh. Sebagaimana harusnya pendidik untuk membimbing remaja untuk memperoleh ketenteraman jiwa yang sebenarnya, yaitu (melalui) pernikahan dan juga apa yang munkin ditekuni remaja dari profesi serta kegiatan-kegiatan sosial, da'wah, dan jihad yang menjaga dan memberdayakan kemampuan/petensinya.
Sesungguhnya remaja menutup perasaan dan emosinya dari orang dewasa dan menerimanya secara sendirian, apabila dia mendapatkan pendidik yang memintanya berterus terang, terbuka, mencari tahu permasalahannya, merasakan penderitaannya serta bermusayawarah dan bertukar fikiran, (maka) dia merasakan ketenteraman, ketenangan dan keamanan, dia mendapatkan bagi perasaannya keringanan, seperti inilah pendidikan Islam, bukan untuk menciptakan dua keperibadian yang berbeda: keperibadian yang pura-pura menampilkan sifat yang baik, konsekwen dan teguh dan keperibadian yang batinnya dipenuhi dengan perasaan emosi dan khayalan-khayalan, sehingga apabila ada kesempatan baginya (maka) sifat itu muncul, melakukan hal yang sia-sia, membuka aib dan berusaha untuk memenuhi nafsu dan fikiran-fikirannya tanpa ada batasan, Rasulullah S.A.W. bersabda (sesungguhnya manusia yang paling buruk adalah yang mempunyai dua muka, datang kepada orang-orang dengan satu muka dan kemudian datang kepada orang yang lain dengan muka (yang lain)  [13]
Terus-terang, terbuka, saling membatu dan bertukar fikiran antara pendidik dan remaja adalah prinsip yang penting untuk memberiakan kepercayaan (diri) dan menyebarkan rasa aman dan ketenangan pada diri remaja dan untuk mengarahakannya dengan arah yang benar pada masalah ini, masalah emosi dan perasaan. Kemudian pendidik haruslah nengarahkan pemuda maupun pemudi melalui tukar fikiran dan metode berterus terang, kepada sifat sabar dan bersungguh-sunguh; Rasulullah S.A.W. mengistimewakan pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah dan menaruh perhatian terhadapnya, sabar (terhadap) godaan hawa nafsu dan bersungguh-sunguh untuk mengatasi fitnah dan godaan-godaan; beliau menghabarkan bahwasanya dia termasuk tuju (golongan) yang dikhususkan dengan ganjaran khusus pada hari qiamat yang besar lagi mengerikan, Rasulullah S.A.W. bersabda: tuju (golongan) yang dilindungi oleh Allah pada hari yang tidak ada perlindungan kecuali perlindungannaya. Dan meyebutkan diatara mereka adalah Pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah Azza Wajalla[14], sebagaimana yang diungkapkan Al-qur'an terhadap perjuangan Nabi Yusuf Alaihissalam pada awal masa mudanya, kesebarannya, pengendalian dirinya, keberpalingannya dari kebatilan, dalam keadaan adanya sebab fitnah dan factor-faktor (pendukung terjadinya) kemunkaran; sampai pada tingkat pemaksaan dan ancaman untuk melakukan dosa; Allah Taala berfirman:

Dan wanita (zulaiha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk tunduk pada dirinya (kepadanaya) dan dia menutup pintu-pintu seraya berkata: "marilah ke sini" Yusuf berkata: "aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik" sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.[15]
    
     Allah Taala berfirman:

Wanita itu berkata: "itulah dia orang yang kamu cela aku karena (tertarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia agar menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati yang apa yang aku perintahakan maka dia akan dipenajarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina." Yusuf berkata: wahai tuanku, penjara lebih aku sukai daripada memenihi ajakan mereka kepadaku.[16]

     Kemudian sesungguhnya dalam sejarah pemuda (dari golongan) sahabat semoga Allah meridhoi mereka, terdapat motivasi kepada para remaja dalam bersifat sabar dan bersungguh-sungguh, serta memperlihatkan kepada mereka dampak dan hasilnya.
     Diantara yang paling penting yang membangkitkan ketenteraman, rasa aman secara kejiwaan dan perasaan  sebagaimana yang diceritakan Al-qur'an terhadap ketenangan jiwa, yaitu dengan pernikahan[17], Allah Taala berfirman:

Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikannya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.[18]

     Remaja haruslah dibiasakan merasakan situasi-situasi yang (berhubungan dengan) emosional, serta bijaksana dalam menghadapinya; seperti situasi (adanya) provokasi yang menimbulkan kemarahan dan kejengkelan terhadap orang lain, yang terkadang membawa remaja kepada mengumpat dan mencela, jika remaja tidak dibiasakan untuk mengontrol/menahan diri. begitu pula remaja harus dibiasakan juga untuk jeli pada situasi-situasi yang mengagumkan, bergantung/suka terhadap seseorang atau sesuatu atau kejadian-kejadian yang menyebabkan remaja berilusinasi, meniru dan memperaktekkan sifat-sifat orang lain. Begitu juga harus  dibiasakan untuk bertahan pada situasi takut, dari kejadian ataupun musibah, serta menjauhi perasaan lemah, penakut, kekurangan dan rendah diri, yang terkadang membawa kepada frustasi, kelelahan dan sensitifitas yang berlebihan. Kepada pendidik supaya membiasakannya pada semua hal itu, melalui keutamaan ahlak agar supaya menjadi teladan, pelindung dan pembimbing bagin remaja.
    





[1] Pada pembicaraan tentang kebutan akan pekerjaan dan tanggung jawab.
[2]  Al-Hujurat, ayat 11.
[3]  AL-Mu'min, ayat 67.
[4]  Yang dimaksud dengan penekanan kegiatan dan aktifitas bagi rmaja wanita adalah apa yang sesuai baginya dari urusan-urusan rumah, atau tugas-tugas sekolah atau pekerjaan bersama kelompok wanita.
[5]  Jangan memakai cara mendikte dan perintah cukup menggunakan jalan usulan dan diskusi , serta metode-metode tidak langsung  yang demikian itu  untuk menjaga sensitifitas mereka, dan menghindari pembangkangannya.
[6]  Driwayatkan oleh Muslim dalam bab salam.
[7]  Diriwayatkan oleh Bukhari dalam buku Al-isti'zan, bab membei salam kepada anak-anak.
[8]  Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
[9]  Seperti Ali bin Abi Talib, Mus'ab bin Umair , Abdullah bin Abi bakar, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Mas'ud, Abdullah bin Zubair, Rafi' bin Hudaij, Samurah bin Jundub, Amr bin Abi Waqqas dll.
[10]  Ibnu Asakir, Tarikhu  Ddimasyqi, jilid 6 halaman 60.
[11]  Seperti gambar cabul yang merusak di majalah-majalah, televisi dan video. Seperti dandanan (memperlihatkan aurat) penanggalan kerudung di pasar-pasar dan tempat-tempat yang bercampur baur (wanita dan laki-laki) seperti rumah-sakit, perguruan tinggi dan pesawat terbang. Dan begitu pula sebaliknya munculnya laki-laki yang menekankan pada kegantengan, kekuatan atau kemasyhuran mereka media massa.
[12]  Seperti kisah-kisah petualangan di buku-buku, buku-buku (cerita) berseri, majalah-majalah, sinetron-sinetron yang menggugah perasaan di televise dan film-film percintaan dan kisah kasih di bioskop dan fideo.
[13]  Diriwayatkan oleh Muslim.
[14]  Diriwayatkan oleh Buhari dan Muslim dari hadis Abu Hirairah.
[15]  Surat Yusuf, ayat 23.
[16]  Surat Yusuf, ayat 32-33.
[17]  Kamu akan mendapatkan judul ini secara terperinci ketiaka pembahasan tentang kebutuhan akan pernikahan.
[18]  Surat Arrum, ayat 21.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...